Rahasia Sukses Sambal Bu Rudy Surabaya
Kalimat iseng-iseng berhadiah seolah menggambarkan kesuksesan yang diraih pemilik usaha Sambal Bu Rudy, IE Lanny Siswadi asal Surabaya ini. Ya, perempuan asal Madiun Surabaya itu mengaku tidak pernah menyangka jika usahanya bisa berkembang semasif sekarang. Terlebih, ia tidak berniat membuka usaha kuliner karena sadar jika usaha tersebut tidaklah mudah berkembang. Dilansir dare Liputan 6.com, Lany menyatakan “Tapi, karena kecintaanku dengan kotaku, Madiun, setiap makan masakan Jawa yang ada di Surabaya, seperti ada yang kurang cocok di lidahku.” Usaha kuliner perdana yang dibuka Lanny adalah berjualan di atas mobil. Kemudian, perempuan berusia 63 tahun itu beralih menjual nasi pecel di Pasar Turi, Kota Surabaya, Jawa Timur. Karena kebetulan, ia memiliki lahan kosong di tempat itu.
“Waktu itu di jalan sekitar kawasan Manyar Kertoarjo dan ternyata berkembang terus hingga hari ini,” lanjut istri dari Rudy Siswadi ini.
Hingga pada suatu hari, ia melihat umpan udang milik suaminya yang tidak habis terpakai. Suami Lanny memang memiliki hobi memancing, namun tidak setiap kali ia bisa pulang membawa ikan. Kemudian umpan udang yang tersisa digoreng Lanny dan diracik dengan bumbu-bumbu sambal. Itulah awal proses sambal udang khas milik Lanny. Walaupun awalnya iseng-iseng, racikannya membuat ketagihan yang memakannya. Dikarenakan banyak yang menyukainya, ia pun mulai terpikir untuk menjualnya secara bebas. Sambal udang dengan cita rasa pedas menggigit itu ia beri merk Sambal Bu Rudy.
“Aku namain sambal Bu Rudy itu ya simpel saja. Karena nama aku sudah dipakai untuk usaha bidang sepatu, aku sama suami sepakat pakai saja nama suamiku. Saat itu, idenya sambal udang karena suamiku juga hobinya memancing dengan umpannya udang,” ujar perempuan kelahiran 10 Oktober 1953 itu.
Sudah lebih dari sepuluh tahun berlalu, Sambal Bu Rudy kini populer di berbagai penjuru daerah di Indonesia. Terutama, Sambal Udang Bu Rudy yang khas dan pedas. Lanny mengatakan kunci utama resep sambal Bu Rudy Surabaya itu adalah berada di bahan baku. Di mana baik cabai maupun udang sebagai bahan baku haruslah segar.
“Tiap hari aku olah terus enggak pernah nginep. Sehari sampai 200 kg dan udang sendiri antara 200-400 kg,” ujarnya.
Kreasi sambal pedas Lanny pun kian berkembang. Hingga saat ini sambal pedas Bu Rudy telah memiliki varian Sambal Peda Hijau dan Sambal Bajak Terasi. Varian tersebut kemudian dijulukinya sebagai sambal stopan, karena warna tutup kemasan yang mewakili lampu merah. Untuk setiap botol sambal udang dihargai Rp 20 ribu.
“Semua negara tahu, aku pikir-pikir luar biasa. Sambal pedas ada rasanya, terus tutupnya itu kasih warna itu,” ujar Bu Rudy lagi.
Tidak hanya sambal, Nasi Udang Bu Rudy juga merupakan menu favorit penggemar masakan Jawa ini. Terdapat pula Nasi pecel komplit asli Madiun yang dijual di depotnya. Bumbu pecel khas Madiun ini didatangkan langsung dari sumbernya. Untuk melengkapi kebutuhan bumbu pecel, Bu Rudy juga memasok bumbu pecel yang khas untuk depotnya.
Lanny memang bersikeras untuk mempertahankan masakankhas Madiun karena tidak ingin masakan kegemarannya itu hilang dimakan zaman.
“Aku berpikir sampai hari ini masakan yang aku sajikan ini generasinya enggak boleh punah,” tutur Lanny.
Kini, sambal pedas Bu Rudy kini terkenal sebagai oleh-oleh wajib siapa pun yang datang ke Surabaya. Walaupun sudah merasa sukses, Lanny tidak begitu bangga dengan apa yang diraihnya kini. Ia masih ingat ketika susah pertama kali mengawali kariernya di bidang kuliner.
“Kalau awalnya memang susah saat menghadapi pelanggan dan maka dari itu aku juga merekrut saudara saudaraku yang ada di Madiun untuk aku jadikan karyawan. Sekarang saja ada yang sedikitnya sepuluh tahun ikut sama aku kerja di sini, ya berbagilah tujuanku utamanya,” ungkap istri Rudy Siswadi itu.