Teknologi Wearable untuk Pasien Gagal Jantung dan Atrial Fibrilasi
Di era digital ini, perangkat wearable semakin menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Dari jam tangan pintar yang dapat menghitung langkah hingga perangkat yang memantau detak jantung, teknologi ini tidak hanya sekadar alat gaya hidup tetapi juga memiliki potensi besar dalam dunia medis.
Salah satu studi terbaru yang dipublikasikan di Nature Medicine menunjukkan bahwa perangkat wearable dapat memberikan data klinis yang sangat berharga untuk membandingkan efektivitas pengobatan antara digoksin (Digox; Concordia Pharmaceuticals) dan beta-blocker pada pasien dengan atrial fibrilasi (AF) dan gagal jantung (HF).
Atrial Fibrilasi dan Gagal Jantung
Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah penyebab kematian utama di Amerika Serikat, dengan sekitar 928.741 kematian pada tahun 2020. CVD mencakup berbagai kondisi yang mempengaruhi jantung dan pembuluh darah, termasuk HF dan AF. Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak mampu memompa darah dengan efektif untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan darah dan oksigen, yang dapat menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru.
Lihat Juga: Situs pafikabkuantansingingi.org.
Gejalanya bisa berupa sesak napas, batuk terus-menerus, atau detak jantung yang cepat dan tidak teratur. Sementara itu, AF adalah jenis aritmia jantung yang paling umum, di mana jantung berdetak terlalu cepat, lambat, atau tidak teratur. Kedua kondisi ini saling berhubungan dan bisa saling memperburuk.
Tantangan dalam Pengobatan
Pengobatan untuk pasien dengan HF dan AF sering kali melibatkan penggunaan obat-obatan untuk meningkatkan fungsi jantung, mengontrol tekanan darah, atau menurunkan kadar kolesterol. Dalam beberapa kasus, operasi untuk memperbaiki jantung atau menanamkan perangkat yang mendukung fungsi jantung mungkin diperlukan bagi pasien dengan kondisi yang lebih parah.
Namun, pasien sering kali kesulitan untuk mematuhi rencana pengobatan mereka karena kunjungan klinis yang memakan waktu dan biaya pengobatan yang tinggi. Selain itu, data fungsional yang diterima oleh dokter pada saat kunjungan individu seringkali terbatas.
Peran Teknologi Wearable
Penggunaan perangkat wearable konsumen memungkinkan penyedia layanan kesehatan untuk memantau metrik kesehatan pasien secara terus-menerus. Hal ini memungkinkan mereka untuk memberikan rencana perawatan yang lebih dipersonalisasi dan merespons perubahan dalam keparahan penyakit dengan lebih cepat.
Dalam studi ini, para peneliti berhipotesis bahwa perangkat wearable dapat (1) mengidentifikasi apakah digoksin lebih inferior dibandingkan beta-blocker untuk pengendalian detak jantung jangka panjang pada pasien dengan AF saat istirahat dan beraktivitas, (2) meningkatkan kemampuan untuk menyesuaikan perbedaan dalam aktivitas fisik (PA), dan (3) mengeksplorasi apakah data yang dikumpulkan dari perangkat wearable sebanding dengan metode konvensional dalam memprediksi kemajuan pengobatan.
Metodologi dan Temuan Studi
Studi ini melibatkan 53 pasien tua dengan AF permanen dan HF, dengan rata-rata usia 75,6 tahun (s.d. 8,4), dan 40% di antaranya adalah wanita. Para pasien ini diacak untuk menerima baik digoksin atau beta-blocker. Para peneliti berhasil mengumpulkan lebih dari 140 juta data poin untuk detak jantung dan interval PA.
Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam detak jantung antara peserta yang menerima digoksin dibandingkan dengan mereka yang menerima beta-blocker.
Baca Juga: Website pafikabkuantansingingi.org.
Selain itu, data yang dikumpulkan dari perangkat wearable sebanding dengan ukuran klinis standar seperti detak jantung elektrokardiografi dan tes jalan enam menit, dan dapat memprediksi kelas fungsional New York Heart Association (NYHA).
Masa Depan Perawatan Kardiovaskular
Hasil studi ini menyoroti potensi perangkat wearable konsumen sebagai metode alternatif yang dinamis untuk memantau pasien dengan HR dan AF. Teknologi ini dapat menggantikan atau melengkapi penilaian klinis tatap muka dan meningkatkan ketepatan dan kualitas perawatan bagi pasien.
Profesor Dipak Kotecha, seorang ahli kardiologi di Institut Ilmu Kardiovaskular di Universitas Birmingham, menyatakan bahwa kondisi jantung seperti AF dan HF diperkirakan akan meningkat prevalensinya dalam beberapa dekade mendatang, menyebabkan beban besar pada pasien serta biaya perawatan kesehatan yang substansial.
Studi ini menunjukkan bagaimana kecerdasan buatan dapat mendukung cara-cara baru untuk membantu merawat pasien dengan lebih baik.
Kesimpulan
Dengan kemajuan teknologi, khususnya dalam perangkat wearable dan kecerdasan buatan, masa depan perawatan kardiovaskular tampak lebih cerah. Perangkat ini tidak hanya memberikan kenyamanan tetapi juga dapat menjadi alat penting dalam pengelolaan dan pemantauan kondisi jantung yang serius seperti HF dan AF.
Dengan demikian, teknologi ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan pada kesehatan dan kualitas hidup pasien di seluruh dunia.