Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang Jurnal Barang Penjualan Akun Pembelian Buku Beban
Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang Jurnal Barang Penjualan Akun Pembelian Buku Beban – Kalau kita membicarakan tentang usaha dagang, maka pikiran kita akan tertuju pada kegiatan menjual barang kepada langganan. Sedangkan perusahaan jasa yang telah kalian pelajari di kelas XI bukan barang yang dijual, namun berupa jasa.
Di dalam perusahaan, baik perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun perusahaan manufaktur, akuntansi mempunyai peran penting sebagai alat bantu dalam mengambil keputusan bisnis.
Sebenarnya siklus akuntansi yang terdapat dalam masing-masing perusahaan tersebut pada prinsipnya sama. Namun karena kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan tadi berbeda sehingga proses akuntansi yang dilakukan juga sedikit berbeda. Pada materi ini akan dibahas mengenai siklus akuntansi dalam perusahaan dagang.
Karakteristik Perusahaan Dagang
Pengertian Perusahaan Dagang
Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan utamanya membeli dan menjual barang dagangan tanpa melakukan pengolahan barang terlebih dahulu. Barang dagangan (merchandise) adalah barang yang dibeli oleh perusahaan untuk dijual kembali. Perusahaan dagang dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
Pedagang Besar
Pak Ahmad membeli pakaian langsung dari perusahaan garmen dengan jumlah yang besar untuk dijualnya kembali pada pedagang lainnya dengan jumlah yang besar pula. Pak Ahmad dapat disebut sebagai pedagang besar, karena ia telah membeli barang langsung dari perusahaan yang menghasilkan barang dagangan kepada pedagang kecil atau menengah. Dengan demikian pedagang besar adalah pedagang yang kegiatannya membeli barang dalam jumlah yang besar dan menjualnya kembali dengan jumlah yang besar pula. Contoh pedagang besar adalah agen, grosir, importir, dan eksportir.
Pedagang Menengah
Pedagang menengah adalah pedagang yang membeli barang dagangan dalam jumlah besar dan menjualnya kembali kepada para pedagang kecil dalam jumlah sedang atau kecil. Contohnya penyalur dan toko-toko besar.
Pedagang Kecil
Pedagang kecil atau retailer adalah pedagang yang membeli barang dagangan dalam jumlah sedang dan menjualnya kembali kepada konsumen akhir.
Kegiatan Perusahaan Dagang
Secara garis besar kegiatan perusahaan dagang meliputi: pembelian, pembayaran, penjualan, dan penerimaan uang.
Pembelian
Kegiatan pembelian dalam perusahaan dagang meliputi pembelian aktiva produktif, pembelian barang dagangan serta pembelian barang dan jasa lain dalam rangka kegiatan usaha. Pembelian dapat dilakukan secara kredit maupun secara tunai. Pembelian yang dilakukan secara kredit akan menimbulkan utang yang biasanya dicatat dalam akun Utang Dagang.
Pembayaran
Kegiatan pembelian akan diikuti pembayaran. Kapan pembelian harus dibayar tergantung pada syarat jual beli yang ditetapkan. Selain itu pembelian barang dan jasa, pembayaran dapat dilakukan untuk keperluan lain, misalnya mengembalikan pinjaman atau membagikan laba kepada pemilik.
Penjualan
Untuk perusahaan dagang, akun yang digunakan untuk mencatat penjualan barang dagangan disebut penjualan. Penjualan dapat dilakukan secara kredit maupun tunai. Apabila penjualan dilakukan secara kredit akan menimbulkan piutang yang akan dicatat dalam akun Piutang Dagang. Namun kadang-kadang ketika perusahaan menjual barang dagangan juga akan menerima pengembalian barang atau memberi potongan harga. Penerimaan kembali barang yang telah dijual disebut retur penjualan (sales return), sedangkan pemberian potongan harga disebut pengurangan harga (sales allowances).
Penerimaan Uang
Penjualan akan diikuti oleh penerimaan uang. Penerimaan uang dari hasil penjualan juga tergantung pada syarat jual beli yang telah disepakati. Selain penerimaan uang dari penjualan, perusahaan mungkin menerima uang dari sumber-sumber lain misalnya setoran modal pemilik, pinjaman dari kreditor atau yang lainnya.
Potongan Harga, Syarat Penyerahan Barang dan Syarat Pembayaran
Penjualan akan diikuti oleh penerimaan uang. Penerimaan uang dari hasil penjualan juga tergantung pada syarat jual beli yang telah disepakati. Selain penerimaan uang dari penjualan, perusahaan mungkin menerima uang dari sumber-sumber lain misalnya setoran modal pemilik, pinjaman dari kreditor atau yang lainnya.
Potongan Harga
Dalam transaksi jual beli, pihak penjual sering memberikan potongan atas harga barang yang telah ditetapkan yang disebut “rabat”. Dalam akuntansi, potongan ini tidak dicatat karena nilai transaksi yang diakui adalah jumlah akhir yang tercantum dalam faktur.
Syarat Penyerahan Barang
Syarat penyerahan barang berkaitan dengan berpindahnya hak milik atas barang yang diperjualbelikan dan menyangkut ketentuan siapa yang harus menanggung biaya pengangkutan. Syarat-syarat penyerahan barang tersebut antara lain:
Free on Board (f.o.b)
Pada syarat penyerahan barang ini, pembeli di luar negeri menanggung biaya pengiriman dari pelabuhan muat penjual sampai dengan pelabuhan penerima yang digunakan oleh pembeli. Penjual di dalam negeri (Indonesia) hanya menanggung biaya pengangkutan sampai dengan pelabuhan muatnya.
Loko Gudang
Syarat penyerahan barang ini, pembeli menanggung biaya pengiriman barang dari gudang penjual sampai ke gudangnya sendiri. Bagi penjual begitu barang telah dipindahkan ke truk milik pembeli untuk mengangkut barang tersebut, maka penjualan dapat diakui dan dicatat dalam pembukuan. Begitu pula bagi pembeli, pada saat itu pembelian dapat diakui dan dicatat dalam pembukuan.
Franko Gudang
Pada syarat ini, penjual menanggung biaya pengiriman sampai ke gudang pembeli. Penjualan baru diakui bila barang telah sampai di gudang pembeli
Cost freight and Insurance (c.i.f)
Pada syarat ini, penjual harus menanggung biaya pengiriman (pengangkutan) dan asuransi kerugian atas barang tersebut. Catatan: syarat penyerahan barang f.o.b dan c.i.f ini berlaku untuk perdagangan luar negeri.
Cost and Freight (c & f)
c & f merupakan syarat penyerahan barang yang menyatakan bahwa semua biaya angkut sampai dengan tempat penyerahan barang menjadi tanggungan penjual.
Cost, Insurance Freight, Inclusive Commision (c.i.f.i.c)
c.i.f.i.c artinya semua biaya pengangkutan barang, premi, asuransi, termasuk komisi menjadi tanggungan penjual.
Free At Quay (f.a.q)
f.a.o artinya penjual menanggung semua ongkos-ongkos pengiriman hingga barang sampai ke pelabuhan pembeli, termasuk ongkos bongkar dari kapal.
Free Along Side (f.a.s)
f.a.s artinya penjual bertanggung f.a.s artinya penjual bertanggung jawab atas biaya dan risiko pengiriman barang hanya sampai di samping kapal pembeli, setelah itu biaya dan risiko menjadi tanggung jawab pembeli.
Syarat Pembayaran
Dalam kegiatan jual beli barang dagangan, pembeli dan penjual menentukan syarat-syarat pembayaran sehingga terjadi kesepakatan harga. Syarat pembayaran berkaitan dengan jangka kredit dan besarnya jumlah yang harus dibayar oleh si pembeli. Macam-macam syarat pembayaran yang terdapat dalam perdagangan barang sebagai berikut.
Tunai
Dalam syarat pembayaran ini, pembayaran dilakukan setelah penyerahan barang terjadi, dan jumlah yang dibayar adalah jumlah akhir yang tertera dalam faktur.
Kredit
Syarat pembayaran secara kredit berarti pembayaran barang yang dibeli dapat dilakukan beberapa waktu setelah barang diterima biasanya 1 sampai 3 bulan. Beberapa syarat pembayaran dalam jual beli secara kredit antara lain:
n/30
Dalam syarat ini, pembayaran dilakukan paling lambat 30 hari setelah penyerahan barang terjadi, dan jumlah yang dibayar adalah jumlah akhir yang tertera dalam faktur.
EOM (end of month)
Dalam syarat pembayaran ini, pembayaran dilakukan paling lambat pada akhir bulan setelah penyerahan barang terjadi, dengan tidak memperoleh potongan.
2/10, n/30
Dalam syarat ini pembayaran harus dilakukan paling lambat 30 hari setelah penyerahan barang terjadi, dan jumlah yang dibayar adalah jumlah akhir yang tertera dalam faktur. Namun jika pembayaran dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 10 hari sejak penyerahan barang terjadi, maka yang dibayar adalah jumlah akhir yang tertera dalam faktur dikurangi potongan sebesar 2%.
n/10 EOM
Syarat pembayaran ini maksudnya harga netto faktur harus dibayar pembeli paling lambat 10 hari sesudah akhir bulan dengan tidak memperoleh potongan.
Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang
Pada materi kelas XI telah diuraikan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kegiatan akuntansi untuk perusahaan jasa yang secara keseluruhan menggambarkan suatu siklus akuntansi. Sedangkan pada bab ini akan diuraikan siklus akuntansi perusahaan dagang. Beberapa hal yang berkaitan dengan catatan-catatan akuntansi dan prosedur-prosedur untuk perusahaan dagang tidak jauh berbeda dengan perusahaan jasa. Siklus akuntansi perusahaan dagang juga terdiri atas kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Tahap Pencatatan
- Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi, Pencatatan dalam jurnal, Pemindahbukuan ke buku besar
b. Tahapan Pengikhtisaran
- Pembuatan neraca saldo, Pembuatan jurnal penyesuaian, Pembuatan neraca lajur
c. Tahap Pelaporan
- Penghitungan harga pokok penjualan, Pembuatan laporan keuangan , Pembuatan jurnal pembalik, Pembuatan jurnal penutup, Pembuatan neraca saldo setelah penutup
Tahap Pencatatan
Bukti transaksi
Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan harus ada buktinya. Dalam melakukan transaksi jual beli, sebuah perusahaan dagang akan membuat atau memperoleh bukti transaksi. Berikut ini beberapa bentuk bukti-bukti transaksi pada perusahaan dagang.
Faktur
Bagi penjual, faktur akan menjadi bukti penjualan yang disebut faktur penjualan. Sedangkan bagi pembeli, faktur menjadi bukti pembelian (faktur pembelian). Jumlah yang dicatat oleh pembeli maupun penjual adalah jumlah akhir faktur. Contoh faktur:
Nota Kredit
Kadang-kadang barang yang diperjualbelikan harus dikembalikan dengan alasan karena rusak, tidak sesuai dengan yang dipesan, dan lain-lain. Oleh karena itu penjual akan membuat suatu bukti transaksi yang merupakan kebalikan dari faktur penjualan, yaitu nota kredit. Bagi penjual, nota kredit akan menjadi bukti penerimaan kembali (retur penjualan). Sedangkan bagi pembeli, nota kredit akan menjadi bukti penerimaan kembali (retur pembelian). Contoh nota kredit:
Kuitansi
Setiap pengeluaran oleh perusahaan perlu dibuatkan kuitansi yang ditandatangani oleh si penerima pembayaran. Bagian perusahaan, kuitansi ini akan menjadi bukti pembayaran (pengeluaran uang). Sedangkan bagi penerima, kuitansi ini akan menjadi bukti penerimaan uang.
Pencatatan Transaksi dalam Jurnal Umum
Secara umum akuntansi perusahaan dagang tidak jauh berbeda dengan akuntansi perusahaan jasa. Perbedaannya terletak pada kegiatan (proses akuntansi) yang dilakukan kedua perusahaan tersebut.
Perlu diketahui bahwa dalam perusahaan dagang terdapat akun barang dagang dan akun-akun lain yang berhubungan dengan barang dagang. Hal ini yang membedakan dengan perusahaan jasa.
Untuk menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bersifat prinsip antara proses pencatatan (jurnal) transaksi pada perusahaan jasa dengan perusahaan dagang, berikut ini disajikan contoh pencatatan transaksi perusahaan dagang yang telah berjalan.
Transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Maret 2006 sebagai berikut:
1) Pada tanggal 1 Maret 2006 dibayar biaya pemasangan iklan bulan Maret 2006 sebesar Rp240.000,00. Dari transaksi ini menyebabkan akun Beban Iklan bertambah dan harus didebit sebesar Rp240.000,00, sedangkan akun Kas berkurang sebesar Rp240.000,00 sehingga harus dikredit sejumlah yang sama.
2) Tanggal 3 Maret 2006 dibeli barang dagangan dari PT Seruni secara kredit dengan harga Rp4.125.000,00. Syarat pembayaran ditetapkan 2/10, n/30. Akun Pembelian didebit sebesar Rp4.125.000,00 karena harta bertambah atau karena penambahan harga pokok barang. Sedangkan akun Utang Dagang dikredit karena bertambah Rp4.125.000,00.
3) Dijual barang dagangan secara tunai kepada CV Angkasa pada tanggal 4 Maret 2006 sebesar Rp8.625.000,00. Transaksi ini menyebabkan akun Kas bertambah sehingga didebit sebesar Rp8.625.000,00 sedangkan akun Penjualan dikredit Rp8.625.000,00 karena pendapatan bertambah.
4) Tanggal 6 Maret 2006 membayar biaya pengangkutan barang dagangan yang dibeli dari PT Seruni sebesar Rp375.000,00. Akun Beban Angkut Pembelian bertambah sehingga didebit sebesar Rp375.000,00. Akun kas dikredit sebesar Rp375.000,00.
5) Tanggal 10 Maret 2006 dibeli barang dagangan seharga Rp750.000,00. secara tunai. Pembelian barang dagang menyebabkan akun Pembelian didebit karena penambahan harta sebesar Rp750.000,00 dan akun Kas dikredit karena kas berkurang sebesar Rp750.000,00.
6) Tanggal 11 Maret 2006 dari barang dagangan yang dibeli pada tanggal 3 Maret 2006 dikembalikan kepada penjual karena rusak. Harga barang dagangan yang dikembalikan tersebut sebesar Rp450.000,00. Adanya barang yang dibeli secara kredit dikembalikan maka utang dagang akan berkurang. Berkaitan dengan hal tersebut maka akun Utang Dagang didebit sebesar Rp450.000,00 dan akun Retur Pembelian dikredit karena jumlah akun ini bertambah.
7) Tanggal 13 Maret 2006 membayar utang kepada PT Seruni yang timbul dari transaksi tanggal 3 Maret 2006. Adanya pembayaran utang menyebabkan utang dagang berkurang sehingga akun Utang Dagang didebit sebesar Rp3.675.000,00 berasal dari jumlah utang dagang pada tanggal 3 Maret 2006 dikurangi jumlah retur pembelian pada tanggal 11 Maret 2006 (Rp4.125.000,00 – Rp450.000,00). Karena pembayaran utang masih dalam waktu pemberian potongan, maka akun Potongan Pembelian dikredit sebesar 2% x Rp3.675.000,00 = Rp73.500,00.
8) Pada tanggal 15 Maret 2006 membayar gaji pegawai untuk 2 minggu pertama bulan Maret 2006 sebesar Rp1.350.000,00. Pengaruh dari transaksi ini adalah akun Beban Gaji bertambah sehingga didebit sebesar Rp1.350.000,00 dan akun Kas dikredit sebesar jumlah yang sama.
9) Tanggal 17 Maret 2006 dijual barang dagangan secara kredit kepada PD Lancar Rejeki seharga Rp5.250.000,00 dengan syarat 2/10, n/30. Penjualan secara kredit menyebabkan akun Piutang Dagang didebit Rp5.250.000,00 karena harta berupa piutang bertambah. Sedangkan akun Penjualan dikredit dengan jumlah yang sama.
10) Tanggal 19 Maret 2006 membayar sewa kantor bulan Maret 2006 sebesar Rp300.000,00. Transaksi ini menyebabkan akun Beban Sewa bertambah dan didebit sebesar Rp300.000,00 sedangkan akun Kas berkurang sehingga dikredit Rp300.000,00.
11) Tanggal 21 Maret 2006 diterima kembali barang dagangan yang telah dibeli oleh PD Lancar Rejeki sebesar Rp600.000,00 karena tidak sesuai dengan pesanan. Pengaruh transaksi ini adalah akun Retur Penjualan didebit karena terjadi pengurangan pada barang yang dijual sebesar Rp600.000,00. Sehingga pengembalian barang dagangan menyebabkan piutang dagang berkurang sebesar jumlah yang sama.
12) Tanggal 27 Maret 2006 menerima pembayaran dari PD Lancar Sejati sebagai pelunasan atas transaksi penjualan tanggal 17 Maret 2006. Nilai transaksi pada tanggal 17 Maret 2006 sebesar Rp5.250.000,00, namun pada tanggal 21 Maret 2006 dikembalikan sebesar Rp600.000,00 sehingga piutang dagang menjadi Rp5.250.000,00 – Rp600.000,00 = Rp4.650.000,00. PD Lancar Sejati membayar dalam jangka waktu 10 hari setelah transaksi sehingga ia memperoleh potongan harga sebesar 2%. Jadi potongan penjualan menjadi 2% x Rp4.650.000,00 = Rp93.000,00. Sehingga harga yang dibayar PD Lancar Sejati sebesar Rp4.650.000,00 – Rp93.000,00 = Rp4.557.000,00. Dengan demikian transaksi tanggal 27 Maret 2006 berpengaruh pada akun Kas bertambah sehingga didebit sebesar Rp4.557.000,00. Akun Potongan Penjualan bertambah sebesar Rp93.000,00 sehingga didebit sejumlah Rp93.000,00. Sedangkan akun Piutang Dagang berkurang dan dikredit sebesar Rp4.650.000,00.
13) Tanggal 30 Maret 2006 membayar gaji pegawai untuk 2 minggu terakhir bulan Maret 2006 sebesar Rp1.350.000,00. Pengaruh transaksi ini adalah akun Beban Gaji bertambah sehingga didebit sebesar Rp1.350.000,00 dan akun Kas dikredit dengan jumlah yang sama.
14) Pada tanggal 30 Maret 2006, Heru sebagai pemilik perusahaan mengambil uang sebesar Rp150.000,00 untuk keperluan pribadinya. Pengambilan uang oleh Heru menyebabkan akun Prive Heru bertambah dan didebit sebesar Rp150.000,00 sedangkan akun Kas berkurang sehingga dikredit sejumlah sama.
15) Tanggal 31 Maret 2006 dibayar utang kepada PT Jaya Abadi sebesar Rp375.000,00. Utang ini timbul dari transaksi pembelian bulan yang lalu tanpa potongan. Dari transaksi ini akun Utang Dagang berkurang sehingga didebit sebesar Rp375.000,00 sedangkan Kas dikredit sebesar jumlah yang sama.
Apabila seluruh transaksi PD Sami Jaya selama bulan Maret 2006 tersebut dicatat dalam lembar jurnal yang tidak terpisah, maka akan tampak sebagai berikut:
Jurnal Khusus
Pengertian Jurnal Khusus
Buku harian atau jurnal yang selama ini kita pelajari dalam buku kelas XI dan pada bab sebelumnya adalah jurnal umum. Setiap terjadi transaksi maka harus dicatat dalam jurnal umum dan diposting ke buku besar. Hal tersebut akan mudah dilakukan bila transaksi yang terjadi jumlahnya sedikit. Namun apabila jumlah transaksinya banyak, penggunaan jurnal umum menjadi tidak efisien. Untuk mengatasi hal tersebut maka digunakan jurnal khusus (buku harian khusus). Penggunaan jurnal khusus dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Berikut ini beberapa manfaat jurnal khusus.
a) Memudahkan pemindahbukuan ke buku besar Pada jurnal khusus disediakan kolom-kolom khusus untuk beberapa jenis transaksi tertentu. Dengan cara ini penulisan nama akun pada waktu membuat ayat jurnal tidak perlu dilakukan tiap transaksi. Posting transaksi dari jurnal ke buku besar dilakukan sekaligus untuk transaksi-transaksi yang terjadi selama satu periode.
b) Memungkinkan pembagian pekerjaan Setiap jurnal khusus dapat digunakan untuk mencatat satu jenis transaksi saja, sehingga memungkinkan pembagian tugas pencatatan kepada beberapa orang.
Dari uraian tersebut kita dapat mengetahui bahwa jurnal umum mempunyai perbedaan dengan jurnal khusus. Perbedaan antara jurnal umum dengan jurnal khusus dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Macam-Macam Jurnal Khusus Jurnal khusus yang dibuat oleh perusahaan
Jurnal khusus yang dibuat oleh perusahaan dagang disesuaikan dengan kebutuhan. Jika suatu transaksi terjadi berulang-ulang dan sama, maka dikelompokan pada satu jurnal khusus. Sesuai dengan kegiatan perusahaan dagang maka jurnal khusus yang sering digunakan adalah jurnal pembelian, jurnal pengeluaran kas, jurnal penjualan, dan jurnal penerimaan kas. Apabila terdapat transaksi yang tidak dapat dicatat dalam keempat jurnal khusus tersebut maka pencatatannya dilakukan pada jurnal umum.
Jurnal pembelian
Jurnal pembelian adalah jurnal untuk mencatat pembelian barang dagangan dan harta lainnya secara kredit. Sedangkan pembelian barang dagangan dan harta lainnya secara tunai dicatat dalam jurnal pengeluaran kas.
Transaksi pembelian yang dilakukan bermacam-macam jenisnya maka jurnal pembelian dibuat dengan memerhatikan transaksi yang sering terjadi. Transaksi yang sering terjadi dibuat kolom khusus sedangkan untuk transaksi yang jarang terjadi digunakan kolom serba-serbi. Kolom serba-serbi digunakan untuk mencatat pembelian secara kredit barang-barang yang tidak disebutkan dalam kolom khusus yang disediakan. Nama kreditor dan akun yang harus didebit dicantumkan pada kolom keterangan.
Berikut ini keterangan pengisian kolom jurnal pembelian.
1. Kolom untuk mencatat tanggal terjadinya transaksi.
2. Mencatat nama kreditor atau nama-nama pada buku besar pembantu.
3. Untuk memberi tanda ([1]) atau nomor buku besar pembantu, jika buku besar pembantu telah dicatat pada akun yang bersangkutan.
4. Untuk mencatat pembelian barang dagangan.
5. Untuk mencatat pembelian perlengkapan.
6. Untuk mencatat nomor akun yang ada pada kolom 7, apabila telah dicatat pada akun buku besar.
7. Untuk mencatat pembelian harta lainnya selain pembelian barang dagangan dan pembelian perlengkapan.
8. Jumlah akun yang terdapat dalam kolom 7.
9. Mencatat jumlah utang dagang.
Contoh:
Selama bulan Januari 2006 PT Angkasa Raya melakukan pembelian secara kredit sebagai berikut.
Januari
6 Membeli barang dagangan secara kredit dari Toko Laris seharga Rp55.200.000,00 dengan syarat pembayaran 2/10, n/30 (faktur: TL 251).
16 Membeli barang dagangan secara kredit dari Toko Farma seharga Rp21.050.000,00 dengan syarat 2/10, n/30 (faktur: TF 262).
20 Membeli dengan kredit barang dagang dari Toko Garuda sebesar Rp9.030.000,00 dengan syarat 2/10, n/30 (faktur: TGd 175).
Transaksi di atas jika dicatat dalam jurnal pembelian akan tampak seperti di bawah ini.
Jumlah akun yang ada didebit dengan jumlah akun yang dikredit harus sama. Jika berbeda maka terjadi kesalahan. Pada contoh di atas dapat dilihat jumlah debit sama dengan jumlah kredit yaitu Rp85.280.000,00.
Jurnal pengeluaran kas
Jurnal pengeluaran kas digunakan untuk mencatat pengeluaran uang, termasuk pembelian barang dagangan secara tunai dan pembayaran utang. Pada jurnal ini kolom utang dagang dan pembelian dibuatkan kolom khusus. Sedangkan untuk transaksi yang jarang terjadi dicatat pada kolom “SerbaSerbi”.
Untuk kolom kredit terdiri atas kolom kas dan potongan pembelian. Bila tidak ada potongan pembelian maka jumlah yang dicatat dalam kolom kas akan sama dengan debit pada kolom utang dagang. Namun bila terdapat potongan pembelian maka jumlah kredit pada kolom kas akan lebih kecil. Sedangkan jumlah potongan pembelian akan dicatat pada kolom potongan pembelian. Bentuk jurnal pengeluaran kas disajikan seperti berikut ini.
Berikut ini keterangan pengisian kolom jurnal pengeluaran kas.
1. Untuk mencatat tanggal terjadinya transaksi.
2. Untuk mencatat nama perusahaan tempat membeli, akun tersebut dicatat didebit jika nama itu ada di buku besar pembantu.
3. Diisi dengan memberi tanda ([1]) setelah akun buku besar pembantu dicatat pada akun yang bersangkutan.
4. Untuk mencatat jumlah utang dagang yang dibayar.
5. Untuk mencatat jumlah pembelian tunai.
6. Mencatat nomor akun yang ada pada kolom 7, apabila telah dicacat pada akun buku besar.
7. Mencatat nama akun kolom serba-serbi.
8. Mencatat jumlah akun pada kolom 7.
9. Mencatat jumlah uang yang dikeluarkan melalui kas.
10. Mencatat jumlah potongan pembelian yaitu selisih utang dengan jumlah yang dibayar melalui kas.
Untuk lebih jelasnya akan diberikan contoh transaksi yang terjadi pada PT Angkasa Raya pada bulan Januari 2006.
Januari
2 Membeli perlengkapan toko sejumlah Rp70.000,00 dan perlengkapan kantor sebesar Rp80.000,00 secara tunai.
7 Membeli peralatan toko secara tunai Rp5.200.000,00 dan peralatan kantor seharga Rp2.570.000,00.
11 Membayar beban iklan sebesar Rp3.460.000,00.
18 Membayar utang pada Toko Farma dengan perincian sebagai berikut: Utang dagang Rp21.050.000,00 – Potongan Rp 421.000,00 = Rp20.629.000,00
31 Diperhitungkan dan dibayar dividen sebesar Rp4.000.000,00.
Transaksi di atas jika dicatat dalam jurnal pengeluaran kas akan tampak sebagai berikut:
Jurnal penjualan
Penjualan barang dagangan oleh perusahaan dagang biasanya disebut penjualan. Penjualan barang dagangan secara tunai dicatat sebagai debit pada akun Kas dan kredit pada akun Penjualan. Biasanya dalam praktik, penjualan secara tunai dicatat dalam jurnal penerimaan kas. Sedangkan penjualan secara kredit dicatat dalam jurnal penjualan. Jadi jurnal penjualan adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan barang dagangan yang dilakukan secara kredit. Penjualan barang dagangan secara kredit dicatat sebagai debit pada akun Piutang Dagang dan kredit pada akun Penjualan.
Bentuk jurnal penjualan sebagai berikut:
Berikut ini keterangan pengisian jurnal penjualan.
1. Untuk mencatat tanggal terjadinya transaksi.
2. Untuk mencatat bukti pembukuan berupa faktur penjualan.
3. Untuk mencatat nama pelanggan atau yang membeli barang dagangan.
4. Untuk mencatat nomor buku besar pembantu piutang atau tanda ([1]) bahwa transaksi telah dicatat di buku besar pembantu.
5. Untuk mencatat syarat pembayaran yang disepakati antara pembeli dan penjual.
6. Untuk mencatat jumlah transaksi piutang dagang dan penjualan.
Untuk lebih memahami jurnal penjualan, berikut ini disajikan contoh transaksi PT Angkasa Raya pada bulan Januari 2006.
Januari
10 Menjual barang dagangan secara kredit kepada Tuan Burhan seharga Rp50.000.000,00 dengan syarat 2/10, n/30 (faktur: PNK 290).
17 Menjual barang dagangan secara kredit kepada Tuan Candra seharga Rp42.000.000,00 dengan syarat 2/10, n/30.
25 Dijual barang dagangan secara kredit Tuan Dody seharga Rp19.100.000,00 dengan syarat 2/10, n/30 (faktur: PNK 292)
Bila transaksi-transaksi di atas dicatat dalam jurnal penjualan akan tampak seperti berikut ini.
Jurnal penerimaan kas
Semua transaksi yang menambah jumlah uang kas dicatat dalam buku penerimaan kas (cash receipt journal). Uang kas dapat diterima dari berbagai sumber, misalnya setoran modal dari pemilik, pencairan kredit bank, penjualan tunai, penagihan piutang, dan penagihan wesel tagih serta bunganya. Dalam perusahaan dagang, sumber penerimaan kas yang paling sering terjadi adalah penjualan tunai dan penagihan piutang dagang. Jurnal penerimaan kas dibuat untuk mencatat semua penerimaan uang. Dengan demikian jurnal penerimaan kas dibuat kolom khusus. Banyaknya kolom dan judul akun ditentukan oleh sering tidaknya suatu transaksi terjadi. Bentuk jurnal penerimaan kas sebagai berikut:
Berikut ini keterangan pengisian jurnal penerimaan kas.
1. Untuk mencatat tanggal terjadinya transaksi.
2. Untuk mencatat nama perusahaan/orang yang membeli secara tunai, yang melunasi atau keterangan singkat mengenai transaksi.
3. Untuk menuliskan tanda ([1]) bahwa transaksi telah dicatat di buku besar pembantu. 4. Untuk mencatat jumlah uang yang diterima.
5. Untuk mencatat potongan penjualan.
6. Untuk mencatat jumlah piutang dagang yang diterima.
7. Untuk mencatat jumlah penjualan tunai.
8. Dicatat jika akun pada kolom 9 telah diposting ke akun buku besar.
9. Untuk mencatat jumlah akun pada kolom serba-serbi.
Berikut ini contoh pencatatan transaksi di jurnal penerimaan kas. Selama bulan Januari 2006, PT Angkasa Raya melakukan transaksi sebagai berikut.
Januari
2 Menjual barang dagangan sebesar Rp56.636.000,00.
15 Menerima pelunasan piutang dari Tuan Burhan dengan perincian sebagai berikut: – Piutang dagang Rp 50.000.000,00 – Potongan Rp 1.000.000,00 = Rp 49.000.000,00
20 Menerima pelunasan piutang dari Tuan Candra dengan perincian sebagai berikut: – Piutang dagang Rp 42.000.000,00 – Potongan Rp 840.000,00 = Rp 41.160.000,00
31 Diterima pembayaran sebagian piutang dari Tuan Dody sebesar Rp15.080.000,00.
31 Menerima penghasilan sewa sebesar Rp1.200.000,00.
Jurnal umum
Selain keempat jurnal khusus tersebut di atas, perusahaan harus tetap membuat jurnal umum untuk mencatat transaksi-transaksi yang tidak dapat dicatat dalam jurnal khusus yang tersedia, seperti retur pembelian dan retur penjualan. Berikut ini transaksi yang dilakukan oleh PT Angkasa Raya pada bulan Januari 2006.
Januari
5 Menerima kembali sebagian barang yang dijual kepada PT Kenanga tanggal 13 Desember 2005 senilai Rp2.140.000,00. Apabila transaksi di atas dicatat dalam bentuk jurnal umum sebagai berikut.
Jurnal khusus dibuat untuk mencatat transaksi-transaksi tertentu, buku besar perusahaan juga dibuat untuk hal yang sama. Buku besar yang demikian itu disebut buku besar tambahan atau buku besar pembantu (subsidiary ledger). Buku besar pembantu digunakan untuk mencatat data lain disamping data yang terdapat dalam buku besar. Pada umumnya, buku pembantu merupakan bagian dari buku besar, yang merinci lebih lanjut data dalam salah satu akun. Akun di buku besar yang mempunyai buku pembantu disebut akun induk atau akun pengendali (controlling account).
Buku pembantu dicatat setiap hari dari bukti pembukuan dan dibuat secara individual. Pencatatan transaksi dalam buku pembantu bersamaan waktunya dengan pencatatan pada jurnal. Dengan demikian pencatatan pada buku pembantu bukan berdasarkan pada jurnal.
Pada umumnya dalam perusahaan dagang, buku pembantu yang digunakan adalah buku pembantu piutang atau disebut buku piutang (account receivable subsidiary ledger) dan buku pembantu utang yang disebut buku utang (account payable subsidiary ledger). Fungsi buku piutang adalah mencatat rincian piutang perusahaan menurut nama langganan. Buku piutang merupakan rincian akun piutang dagang yang terdapat dalam buku besar. Dengan demikian akun piutang dagang merupakan akun induk bagi buku piutang. Adapun buku utang berisi rincian utang menurut nama kreditor. Akun pengendalinya adalah utang dagang.
Buku Pembantu
Bentuk buku pembantu umumnya sama dengan buku besar. Buku pembantu dapat berbentuk stafel maupun berbentuk skontro.
Buku Pembantu Bentuk Skontro
Buku Pembantu Bentuk Stafel
Berikut ini contoh pencatatan jurnal khusus ke buku pembantu dari PT Angkasa Raya periode Januari 2006.
1) Pembelian secara kredit yang dilakukan oleh PT Angkasa Raya apabila dibuat jurnal pembantu sebagai berikut.
2) Penjualan secara kredit yang dilakukan oleh PT Angkasa Raya apabila dibuat jurnal pembantu sebagai berikut.
Posting dari Jurnal Khusus ke Buku Besar
Setelah transaksi dicatat dalam jurnal khusus, maka langkah selanjutnya yaitu memindahbukukan ke buku besar di setiap akhir bulan. Untuk melakukan posting atau pemindahbukuan dari jurnal khusus ke buku besar, perlu memerhatikan langkah-langkah berikut ini.
1) Menjumlahkan nilai transaksi pada jurnal khusus.
2) Menyiapkan akun-akun yang berhubungan dengan jurnal khusus.
3) Memindahkan angka-angka pada jurnal khusus ke akun yang bersangkutan. Jumlah kolom debit di jurnal khusus dipindahkan ke akun yang bersangkutan di sebelah debit. Sedangkan jumlah kolom kredit di jurnal khusus dipindahkan ke akun yang bersangkutan di sebelah kredit.
4) Berilah tanda posting dengan memberi nomor akun di bawah jurnal khusus. Untuk akun serba-serbi ditulis pada referensi kolom serba-serbi.
5) Pada kolom referensi tulis singkatan dari jurnal khusus dengan nomor halaman jurnal khusus. Untuk singkatan dapat digunakan sebagai berikut:
a) JB = Jurnal Pembelian
b) JJ = Jurnal Penjualan
c) JK = Jurnal Pengeluaran Kas
d) JM = Jurnal Penerimaan Kas
Untuk lebih memahami posting dari jurnal khusus ke buku besar. Perhatikan contoh di bawah ini berdasarkan langkah-langkah di atas.
Posting Jurnal Pembelian ke Buku Besar
Posting Jurnal Pengeluaran Kas ke Buku Besar
Posting Jurnal Penjualan ke Buku Besar
Posting Jurnal Penerimaan Kas ke Buku Besar
Posting Jurnal Umum ke Buku Besar
Contoh Tahap Pencatatan Akuntansi pada Perusahaan Dagang
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang proses akuntansi perusahaan dagang, berikut ini diberikan contoh siklus akuntansi pada PT Angkasa Raya dari transaksi, jurnal khusus, hingga posting ke buku besar.
Berikut ini merupakan daftar transaksi yang terjadi pada PT Angkasa Raya selama bulan Januari 2006.
Januari 2 Membeli perlengkapan toko sejumlah Rp70.000,00 dan perlengkapan kantor sebesar Rp80.000,00 secara tunai.
2. Menjual barang dagangan sebesar Rp56.636.000,00 secara tunai.
3 Membeli barang dagangan seharga Rp20.000.000,00 secara tunai.
5. Perusahaan menambah bangunan gedung untuk usaha senilai Rp12.000.000,00 dan uang pemborong dibayar hari ini.
5 Menerima kembali sebagian barang yang dijual kepada PT Kenanga tanggal 13 Desember 2005 senilai Rp2.140.000,00.
6 Membeli barang dagangan secara kredit dari Toko Laris seharga Rp55.200.000,00 dengan syarat pembayaran 2/10 , n/ 30 (Faktur: TL 251).
7. Membeli secara tunai peralatan toko seharga Rp5.200.000,00 dan peralatan kantor seharga Rp2.570.000,00.
8. Membayar angsuran utang hipotik sebesar Rp3.000.000,00 dan bunga sebesar Rp585.000,00.
10. Membayar gaji pegawai bagian penjualan Rp19.820.000,00 dan bagian administrasi umum sebesar Rp5.980.000,00.
10 Menjual barang dagangan secara kredit kepada Tuan Burhan seharga Rp50.000.000,00 dengan syarat 2/10, n/30 (faktur: PNK 290).
11 Membayar beban iklan sebesar Rp3.460.000,00.
15 Menerima pelunasan piutang dari Tuan Burhan sebesar Rp50.000.000,00 dengan mendapatkan potongan penjualan Rp1.000.000,00.
16 Membayar utang kepada Toko Laris sebesar Rp55.200.000,00 dan mendapatkan potongan pembelian sebesar Rp1.104.000,00.
16 Membeli barang dagangan secara kredit dari Toko Farma seharga Rp21.050.000,00 dengan syarat 2/10, n/30 (Faktur: TF 262) 17 Menjual barang dagangan secara kredit kepada Tuan Candra seharga Rp42.000.000,00 dengan syarat 2/10, n/30.
18 Membayar utang pada Toko Farma sebesar Rp21.050.000,00 dan mendapatkan potongan pembelian sebesar Rp421.000,00.
20 Menerima pelunasan piutang dari Tuan Candra Rp42.000.000,00 dengan potongan penjualan Rp840.000,00.
20 Membeli dengan kredit barang dagangan dari Toko Garuda sebesar Rp9.030.000,00 dengan syarat 2/10, n/30 (Faktur: TGd 175).
25 Dijual barang dagangan secara kredit kepada Tuan Dody seharga Rp19.100.000,00 dengan syarat 2/10, n/30 (faktur PNK 292).
25 Dibayar sebagian utang pada Toko Garuda sebesar Rp8.610.000,00.
31 Diterima pembayaran sebagian piutang dari Tuan Dody sebesar Rp15.080.000,00.
31 Menerima penghasilan sewa sebesar Rp1.200.000,00.
31 Diperhitungkan dan dibayar dividen sebesar Rp4.000.000,00. Dari transaksi-transaksi di atas, langkah awal dalam tahap pencatatan akuntansi perusahaan dagang adalah mencatat transaksi ke jurnal khusus maupun ke jurnal umum juga sekaligus mencatat transaksi tertentu ke dalam buku pembantu.
Tahap Pencatatan ke Jurnal dan ke Buku Pembantu
Berikut ini pencatatan ke buku jurnal.
Jurnal pembelian
Jurnal pengeluaran kas
Jurnal penjualan
Jurnal penerimaan kas
Jurnal umum
Penyusunan Neraca Saldo
Apabila dari buku besar PT Angkasa Raya tersebut disusun dalam Neraca Saldo per 31 Januari 2006 maka tampak seperti berikut ini.
Tahap Pengikhtisaran Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang
Pada sub bab sebelumnya telah dibahas tentang tahap pencatatan akuntansi dalam perusahaan dagang. Tahap pencatatan meliputi pencatatan transaksi dalam jurnal dan posting ke buku besar. Setelah posting ke buku besar selesai maka disusunlah neraca saldo. Karena neraca saldo belum memberikan informasi yang sebenarnya dan belum lengkap untuk semua akun maka perlu disesuaikan. Dalam materi ini akan diuraikan tentang pembuatan jurnal penyesuaian dan neraca lajur.
Jurnal Penyesuaian
Setelah disusun neraca saldo, suatu perusahaan dagang perlu membuat jurnal penyesuaian. Mengapa harus disesuaikan? Hal ini dikarenakan neraca saldo belum memberikan informasi mengenai saldo yang sebenarnya dan belum lengkap untuk semua akun. Jurnal penyesuaian perlu dibuat agar akunakun yang ada mencerminkan keadaan aktiva, kewajiban, beban, dan pendapatan serta modal yang sebenarnya. Jurnal penyesuaian terdiri atas dua bentuk seperti di bawah ini.
a. Jurnal penyesuaian untuk transaksi yang belum dicatat.
b. Jurnal penyesuaian untuk mengoreksi saldo akun yang sudah tidak mencerminkan keadaan sebenarnya.
Dalam sebuah perusahaan dagang, jurnal penyesuaian yang biasanya dilakukan adalah:
a. pemakaian beban dibayar di muka;
b. pemakaian aktiva tetap;
c. pengakuan beban terutang; dan
d. penyesuaian persediaan.
Untuk lebih jelasnya akan disajikan contoh dengan mengacu pada siklus akuntansi perusahaan dagang PT Angkasa Raya.
Perhatikan contoh jurnal penyesuaian pada PT Angkasa Raya berikut ini.
Jurnal Penyesuaian untuk Pemakaian Beban Dibayar di Muka
1) Perlengkapan
a) Perlengkapan toko Pada tanggal 31 Januari 2006 pemakaian perlengkapan toko selama bulan Januari 2006 sebesar Rp420.000,00.
Neraca saldo PT Angkasa Raya pada tanggal 31 Januari 2006 menunjukkan bahwa saldo akun Perlengkapan Toko adalah Rp970.000,00. Saldo ini berasal dari nilai perlengkapan awal sebesar Rp900.000,00 ditambah dengan pembelian perlengkapan toko sebesar Rp70.000,00 pada bulan tersebut. Tanggal 31 Januari perusahaan dagang menghitung nilai perlengkapan toko yang digunakan sebesar Rp420.000,00. Selisih antara saldo perlengkapan menurut neraca saldo dengan nilai perlengkapan yang dipakai adalah Rp550.000,00 (Rp970.000,00 – Rp420.000,00).
Dengan demikian nilai sebesar Rp550.000,00 merupakan nilai perlengkapan toko yang sebenarnya. Sedangkan nilai Rp420.000,00 harus dicatat sebagai beban. Jurnal penyesuaiannya sebagai berikut:
b) Perlengkapan kantor Pada tanggal 31 Januari 2006 pemakaian perlengkapan kantor selama bulan Januari 2006 sebesar Rp200.000,00.
Neraca saldo PT Angkasa Raya pada tanggal 31 Januari 2006 menunjukkan bahwa saldo akun Perlengkapan Kantor adalah Rp480.000,00. Saldo ini berasal dari nilai perlengkapan awal sebesar Rp400.000,00 ditambah dengan pembelian perlengkapan toko sebesar Rp80.000,00 pada bulan tersebut. Tanggal 31 Januari PT Angkasa Raya menghitung nilai perlengkapan toko yang digunakan sebesar Rp200.000,00. Selisih antara saldo perlengkapan menurut neraca saldo dengan nilai perlengkapan yang dipakai adalah Rp280.000,00 (Rp480.000,00 – Rp200.000,00).
Nilai sebesar Rp280.000,00 merupakan nilai perlengkapan toko yang sebenarnya. Sedangkan nilai Rp200.000,00 dicatat sebagai beban. Jurnal penyesuaiannya sebagai berikut:
Asuransi Dibayar di Muka
Pada tanggal 31 Januari 2006 diperoleh informasi dari bagian pembukuan bahwa asuransi dibayar di muka yang telah menjadi beban bulan Januari 2006 sebesar Rp500.000,00. Beban tersebut dibebankan pada bagian penjualan Rp350.000,00 dan kepada bagian administrasi dan umum sebesar Rp150.000,00. Jurnal penyesuaian untuk premi asuransi yang telah jatuh tempo tidak berbeda dengan jurnal penyesuaian untuk pemakaian perlengkapan. Saldo akun Asuransi Dibayar di Muka pada neraca saldo adalah jumlah premi asuransi yang belum jatuh tempo pada awal bulan ditambah dengan pembayaran premi yang dilakukan pada bulan Januari 2006. Jurnal penyesuaian untuk menyesuaikan akun Asuransi Dibayar di Muka adalah sebagai berikut.
Jurnal Penyesuaian untuk Aktiva Tetap Pembebanan beban yang disebabkan oleh pemakaian aktiva tetap dicerminkan dalam penyusutan. Pada akhir periode akuntansi pembebanan beban penyusutan yang belum dicatat, akan mengakibatkan nilai akun aktiva tetap tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Perhatikan data penyesuaian PT Angkasa Raya berikut ini. Pada tanggal 31 Januari 2006 diperoleh informasi dari bagian pembukuan bahwa beban penyusutan bulan Januari 2006 sebagai berikut:
a. Penyusutan peralatan toko Rp225.000,00
b. Penyusutan peralatan kantor Rp150.000,00
c. Penyusutan gedung Rp350.000,00
Pencatatan beban penyusutan pada jurnal penyesuaian akan terlihat sebagai berikut.
Jurnal Penyesuaian untuk Beban Gaji Upah dan gaji yang telah menjadi hak pegawai tetapi belum saatnya dibayar merupakan utang bagi perusahaan. Utang serta beban tersebut yang belum dicatat, sehingga perlu dibuatkan ayat jurnal penyesuaian. Contoh: Upah dan gaji yang belum dibayar pada perusahaan dagang PT Angkasa Raya adalah Rp296.000,00 dengan perincian sebagai berikut:
a. Gaji pegawai bagian penjualan Rp224.000,00
b. Gaji pegawai bagian administrasi dan umum Rp72.000,00 Pencatatan pada jurnal penyesuaian adalah sebagai berikut:
Jurnal Penyesuaian untuk Persediaan Persediaan barang dagang adalah stok barang yang masih ada yang belum terjual. Persediaan barang dagang dalam akuntansi dibedakan menjadi persediaan barang dagang awal dan persediaan barang dagang akhir. Pencatatan jurnal penyesuaian untuk persediaan pada perusahaan dagang tergantung pada sistem akuntansi persediaan yang digunakan.
Sistem Akuntansi Persediaan
Berikut ini dua sistem akuntansi persediaan.
Sistem Persediaan Periodik (Phisik)
Menggunakan sistem periodik, jurnal penyesuaiannya dilakukan secara berkala biasanya pada akhir periode akuntansi. Ada dua pendekatan untuk mencatat jurnal penyesuaian barang dagang dengan sistem periodik yaitu: pendekatan ikhtisar laba-rugi dan pendekatan harga pokok penjualan.
Sistem Persediaan Perpetual
Jika menggunakan sistem persediaan perpetual maka jurnal penyesuaian dilakukan pada saat barang dagangan dibeli atau dijual. Pada materi ini kita menggunakan sistem persediaan periodik dengan pendekatan ikhtisar laba-rugi dan pendekatan harga pokok penjualan. Untuk memahami mengenai pencatatan penyesuaian persediaan baik menggunakan pendekatan ikhtisar laba-rugi maupun pendekatan harga pokok penjualan disajikan bagian neraca PT Angkasa Raya di atas yang berhubungan dengan persediaan barang dagang.
Data penyesuaian PT Angkasa Raya pada tanggal 31 Januari 2006 mengenai persediaan barang dagang yang masih tersisa sebesar Rp22.150.000,00. Bentuk jurnal penyesuaiannya sebagai berikut.
Jurnal Penyesuaian dengan Pendekatan Ikhtisar Laba-Rugi
Apabila jurnal penyesuaiannya menggunakan pendekatan ikhtisar labarugi maka hanya menyesuaikan persediaan barang dagang pada awal dan akhir periode.
Persediaan barang dagang awal
Setiap akhir periode akuntansi, persediaan barang dagang awal disesuaikan dengan cara mendebit akun Ikhtisar Laba-Rugi dan mengkredit akun Persediaan Barang Dagang. Penyesuaian persediaan barang dagang awal dimaksudkan untuk memindahkan akun persediaan barang dagang awal dari akun riil menjadi akun Laba-Rugi dan juga untuk me-nol-kan akun Persediaan Barang Dagang awal. Saldo awal persediaan barang dagang harus dinolkan karena Persediaan Barang Dagang awal dianggap sudah terjual dan telah menjadi bagian dari harga pokok penjualan.
Persediaan barang dagang akhir
Penyesuaian persediaan barang dagang akhir pada akhir periode akuntansi dilakukan dengan mendebit akun Persediaan Barang Dagang dan mengkredit akun Ikhtisar Laba-Rugi. Maksudnya adalah memindahkan akun persediaan barang dagang akhir dari akun riil menjadi akun Laba-Rugi dan mengurangi harga pokok barang yang dijual. Selain itu juga untuk menampilkan persediaan barang dagang akhir di neraca karena barang tersebut masih ada.
Dengan menggunakan contoh PT Angkasa Raya maka jurnal penyesuaian persediaan dengan menggunakan pendekatan ikhtisar laba-rugi akan tampak sebagai berikut.
Jurnal Penyesuaian dengan Pendekatan Harga Pokok Penjualan
Pencatatan persediaan barang dagang dengan pendekatan harga pokok penjualan (HPP) akan melibatkan akun-akun Persediaan Barang Dagang, akun Pembelian, akun Beban Angkut Pembelian, akun Retur Pembelian dan Pengurangan Harga, dan akun Potongan Pembelian. Penyusunan jurnal penyesuaiannya seperti berikut ini.
Persediaan barang dagang awal
Persediaan barang dagang awal merupakan unsur dari himpunan harga pokok penjualan, maka penyesuaiannya adalah:
Pembelian
Pembelian merupakan unsur dari himpunan harga pokok penjualan, maka penyesuaiannya adalah:
Beban angkut pembelian
Beban angkut pembelian merupakan unsur dari himpunan harga pokok penjualan, maka penyesuaiannya adalah:
Retur pembelian dan pengurangan harga
Retur pembelian dan pengurangan harga merupakan unsur dari himpunan harga pokok penjualan yang menyebabkan harga pokok penjualan berkurang, maka penyesuaiannya adalah:
Potongan pembelian
Potongan pembelian merupakan unsur dari himpunan harga pokok penjualan yang menyebabkan harga pokok penjualan berkurang, maka penyesuaiannya adalah:
Persediaan barang dagang akhir
Persediaan barang dagang akhir dicatat didebit sedangkan harga pokok penjualan dikredit sehingga mengurangi harga pokok penjualan. Jurnal penyesuaiannya sebagai berikut:
Untuk lebih memahami jurnal penyesuaian persediaan dengan menggunakan pendekatan harga pokok penjualan kita gunakan contoh PT Angkasa Raya berikut ini.
Data penyesuaian PT Angkasa Raya pada tanggal 31 Januari 2006 mengenai persediaan barang dagang yang masih tersisa sebesar Rp22.150.000,00.
Ayat jurnal penyesuaian persediaan PT Angkasa Raya dengan pendekatan harga pokok penjualan adalah:
Neraca Lajur
Setelah neraca saldo dan jurnal penyesuaian disusun maka langkah berikutnya adalah menyusun neraca lajur atau kertas kerja. Neraca lajur merupakan alat bantu untuk memudahkan menyusun laporan keuangan. Dalam neraca lajur terdiri atas kolom-kolom yaitu akun, nama akun, neraca saldo, jurnal penyesuaian, neraca saldo disesuaikan, laporan laba-rugi, dan neraca. Penyusunan neraca lajur akan lebih jelas bila disajikan dengan contoh. Kita ambil contoh neraca saldo dan jurnal penyesuaian PT Angkasa Raya sebagai dasar menyusun neraca lajur.
Neraca Saldo PT Angkasa Raya
Jurnal Penyesuaian PT Angkasa Raya Dalam menyusun ayat penyesuaian pada PT Angkasa Raya kita menggunakan pendekatan ikhtisar laba-rugi. Bila ayat penyesuaian PT Angkasa Raya disajikan tidak terpisah-pisah maka akan terlihat sebagai berikut:
Jurnal Penyesuaian dengan Pendekatan Ikhtisar Laba-Rugi
Jurnal Penyesuaian dengan Pendekatan Harga Pokok Penjualan
Berdasarkan neraca saldo dan jurnal penyesuaian kita dapat menyusun neraca lajur. Berikut ini neraca lajur PT Angkasa Raya.
a. Contoh neraca lajur, dimana jurnal penyesuaiannya menggunakan pendekatan ikhtisar laba-rugi.
b. Contoh neraca lajur, dimana jurnal penyesuaiannya menggunakan pendekatan harga pokok penjualan.
Harga Pokok Penjualan dan Laporan Keuangan
Data-data yang terdapat dalam neraca lajur digunakan sebagai dasar untuk menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan perusahaan jasa berbeda dengan laporan keuangan perusahaan dagang. Dalam perusahaan dagang terdapat persediaan barang dagang untuk dijual kepada langganan sedangkan pada perusahaan jasa tidak terdapat persediaan barang dagang. Kita ketahui bersama bahwa tujuan perusahaan dagang adalah untuk memperoleh keuntungan atau laba. Untuk mengetahui laba atau rugi perlu diketahui besarnya harga pokok penjualan. Pada materi ini akan dibahas mengenai cara penghitungan harga pokok penjualan serta laporan keuangan perusahaan dagang.
Harga Pokok Penjualan
Sebelum kita menghitung laba kotor dalam perusahaan dagang maka harus menghitung terlebih dahulu harga pokok penjualan. Apa yang dimaksud harga pokok penjualan? Harga pokok penjualan adalah jumlah persediaan barang dagang awal ditambah dengan jumlah pembelian bersih dikurangi dengan persediaan barang dagang akhir.
Menghitung Pembelian Bersih
Pembelian bersih adalah jumlah pembelian kotor (baik yang dilakukan secara tunai maupun kredit dan ditambah dengan beban angkut pembelian) dikurangi dengan retur pembelian dan pengurangan harga, dan potongan pembelian. Untuk lebih jelasnya mengenai penghitungan pembelian bersih perhatikan bagan berikut ini
Menghitung Barang Siap Dijual
Unsur utama dari harga pokok penjualan adalah pembelian bersih dan jumlah barang yang siap untuk dijual. Penghitungan pembelian bersih telah dijelaskan di atas. Untuk menghitung jumlah barang yang siap untuk dijual adalah menambahkan jumlah persediaan barang dagang awal dengan jumlah pembelian bersih dalam satu periode akuntansi. Untuk lebih jelasnya perhatikan bagan berikut ini
Menghitung Harga Pokok Penjualan
Kegiatan pada perusahaan dagang adalah menjual barangbarang yang sebelumnya dibeli. Nilai penjualan yang diterima dicatat sebagai penjualan, sedangkan nilai beli yang dikeluarkan untuk barang yang dijual dicatat sebagai harga pokok penjualan. Untuk menghitung harga pokok penjualan adalah jumlah persediaan barang siap dijual dikurangi dengan persediaan barang dagang akhir. Cara menghitung harga pokok penjualan dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Untuk lebih memahami cara penghitungan harga pokok penjualan, berikut ini diberikan contoh penghitungan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang PD Makmur Sejati. Potongan Neraca saldo PD Makmur Sejati yang berhubungan dengan penghitungan harga pokok penjualan sebagai berikut:
Persediaan barang dagang pada tanggal 31 Desember 2005 sebesar Rp3.000.000,00. Penghitungan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang PD Makmur Sejati sebagai berikut:
Laporan Keuangan
Seperti halnya perusahaan jasa, perusahaan dagang juga menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan pada perusahaan dagang juga terdiri atas laporan laba-rugi, laporan perubahan modal, dan neraca. Laporan Laba-Rugi
Laporan Laba-Rugi
Laporan laba-rugi pada perusahaan dagang memberikan beberapa informasi mengenai hal-hal berikut ini.
Penjualan Bersih
Jumlah yang dibebankan kepada pembeli karena terjadi penjualan barang, baik secara kredit maupun tunai dicatat sebagai penjualan bruto (gross sales). Sedangkan penjualan bersih (net sales) adalah jumlah penjualan bruto dikurangi dengan retur penjualan dan pengurangan harga serta potongan penjualan.
Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan dihitung dengan cara:
Persediaan barang dagang awal Rp xxx
Pembelian bersih selama periode akuntansi Rp xxx + Barang siap untuk dijual Rp xxx
Persediaan barang dagang akhir Rp xxx – Harga Pokok Penjualan Rp xxx
Laba Bruto Laba bruto (gross profit)
Laba Bruto Laba bruto (gross profit) adalah selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Disebut bruto karena jumlah ini masih harus dikurangi dengan beban-beban.
Beban Usaha
Seringkali beban usaha dikelompokkan lagi menjadi beban penjualan (selling expenses) dan beban administrasi dan umum (general and administrative expenses). Beban penjualan adalah semua beban yang terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan menjual dan memasarkan barang. Contoh beban penjualan antara lain:
a) beban gaji bagian penjualan,
b) beban iklan,
c) beban angkut penjualan,
d) beban perlengkapan toko, dan lain-lain.
Adapun beban administrasi dan umum adalah beban dalam perusahaan dagang yang bersifat umum.
Contoh beban ini antara lain:
a) beban gaji pegawai kantor,
b) beban sewa gedung,
c) beban penerangan,
d) beban perlengkapan kantor,
e) beban penyusutan peralatan kantor, dan lain-lain.
Laba Usaha Laba usaha (income from operation) atau laba operasi (operating income)
Laba Usaha Laba usaha (income from operation) atau laba operasi (operating income) adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan. Untuk menghitung laba usaha dengan menghitung selisih antara laba kotor dengan beban usaha.
Pendapatan Lain-Lain
Pendapatan lain-lain maksudnya pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan utama perusahaan. Contoh pendapatan lain-lain adalah: keuntungan dari penjualan aktiva tetap, pendapatan sewa, pendapatan bunga, dan lainlain.
Beban Lain-Lain
Beban-beban yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dan pasti dengan kegiatan utama perusahaan akan dikelompokkan ke dalam beban lain-lain (other expenses). Contoh beban lain-lain perusahaan dagang adalah beban bunga, kerugian dari penjualan aktiva tetap, dan lain-lain.
Laba Bersih Laba bersih (net profit)
Laba Bersih Laba bersih (net profit) adalah angka terakhir dalam laporan laba-rugi yang merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Bila perusahaan menderita rugi maka jumlah akhir pada laporan laba-rugi adalah rugi bersih (net loss).
Laporan laba-rugi dapat disusun dalam bentuk single step maupun bentuk multiple step.
Laporan Laba-Rugi Bentuk Single Step
Pada penyusunan laba-rugi dengan bentuk single step, semua pendapatan dikelompokkan menjadi satu dan semua beban juga dikelompokkan menjadi satu. Keuntungan dari bentuk single step adalah pendapatan dibedakan dengan jelas dari beban. Namun terdapat kelemahan dari bentuk single step, yaitu tidak dibedakan antara beban untuk kegiatan utama perusahaan dengan beban lain-lain di luar kegiatan utama perusahaan. Dengan demikian bentuk ini kurang dapat membantu dalam menganalisa hasil kegiatan perusahaan.
Laporan Laba-Rugi Bentuk Multiple Step
Adapun untuk bentuk multiple step, antara beban untuk kegiatan utama perusahaan dengan beban lain-lain di luar kegiatan utama dibedakan. Dengan demikian bentuk ini cukup baik untuk menganalisa hasil kegiatan perusahaan.
Untuk lebih jelasnya akan disajikan contoh laporan laba-rugi. Contoh ini berdasarkan pada neraca lajur PT Angkasa Raya pada materi yang lalu.
1) Contoh Laporan Laba-Rugi Bentuk Single Step
2) Contoh Laporan Laba-Rugi Bentuk Multiple Step
Laporan Perubahan Laba Ditahan
Laba atau rugi bersih sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) tidak dipindahkan langsung ke akun Modal. Dengan demikian laporan perubahan modal untuk perusahaan yang berbentuk PT agak berbeda. Laporan perubahan modal sebuah PT hanya memperlihatkan perubahan jumlah serta nilai saham yang beredar, misalkan karena bertambahnya modal yang disetor. Pertambahan nilai kekayaan bersih akibat adanya laba dan penurunan yang disebabkan oleh pembagian laba kepada pemilik dalam bentuk dividen dilaporkan dalam laporan perubahan laba ditahan (retained earning statement). Untuk lebih jelasnya berikut ini laporan perubahan laba ditahan PT Angkasa Raya.
Neraca
Bentuk neraca untuk perusahaan dagang tidak jauh berbeda dengan perusahaan jasa. Perbedaannya adalah pada neraca perusahaan dagang lebih banyak aktiva dan kewajiban yang harus dilaporkan. Berikut ini bentuk neraca pada PT Angkasa Raya.
Analisisku
Kinerja Astra Merosot di Semua Lini
PT Astra International Tbk masih belum pulih dari dampak lesunya bisnis otomotif nasional. Akibat penurunan penjualan motor dan mobil, laba bersih Astra anjlok 33,3% per September 2006 jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hingga kuartal III 2006. Astra membukukan pendapatan bersih Rp40,2 triliun. Jumlah itu turun 14% jika dibandingkan kuartal III 2005 Rp46,8 triliun. Penyebabnya adalah merosotnya penjualan produk mobil Astra (Toyota, Daihatsu,Isuzu, Peugeot) 37,5% dan sepeda motor Honda 19,8%.
Bersamaan dengan lemahnya penjualan mobil dan sepeda motor, PT Astra Otopart Tbk, anak perusahaan astra di bidang komponen, juga mengalami penurunan penjualan 17,1%. “Yakni menjadi Rp2,4 triliun pada periode Januari – September 2006,” papar Presdir Astra International Michael Ruslim kemarin.
Konsekuensinya, laba usaha astra drop 27,8% dari Rp5,3 triliun per September 2005 menjadi Rp3,8 triliun. Hal itu diikuti penurunan laba bersih menjadi Rp3 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp4,5 triliun. Tren kenaikan penjualan mobil mulai terjadi pada Agustus dan September 2006. Untuk kenaikan penjualan motor terjadi lebih dahulu, yaitu sejak Juni 2006. Meski volume penjualan mobil menurun, pangsa pasar grup Astra naik dari 46,4% menjadi 54,5%.
Belum pulihnya kondisi bisnis otomotif berdampak pula pada anak perusahaan Astra yang bergerak di bidang pembiayaan mobil dan sepeda motor. Yaitu Astra Credit Companies (ACC) dan PT Federal International Finance (FIF). Jumlah pembiayaan yang disalurkan ACC dan FIF menurun 30,2% dari Rp18,7 triliun menjadi Rp13,1 triliun. Penjualan divisi alat-alat berat yang dipimpin PT United Tractors Tbk (UNTR) juga stagnan. Pendapatan UNTR lebih didukung kinerja PT Pamapersada Nusantara yang sangat memuaskan melalui peningkatan aktivitas penambangan batu bara. Anak perusahan yang bergerak di sektor alat berat lainnya. PT Komatsu Indonesia juga mengalami penurunan penjualan 15,7% menjadi 1.649 unit per September 2006.
Namun, kinerja keuangan astra Internasional terbantu anak usahanya PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Laba bersih AALI meningkat 5,8% menjadi Rp623,1 miliar. Anak perusahaan yang bergerak di bidang agrobisnis ini mencatat kenaikan pendapatan 15,7%. “Kami percaya kondisi makro terus membaik, dan perekonomian Indonesia terus melangkah ke arah yang kondusif. Dengan demikian, kami berharap semua divisi bisnis yang ada di Grup Astra mampu meningkatkan kinerja,” ujar Michael. Sumber: Jawa Pos, 1 November 2006
Berdasarkan artikel di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini! Apakah yang menyebabkan laba bersih PT Astra Internasional Tbk mengalami penurunan? Laba usaha Astra drop 27,8% dan hal itu diikuti penurunan laba bersihnya. Menurut kalian, apakah perbedaan antara laba usaha dengan laba bersih?
Rangkuman
- Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan utamanya membeli dan menjual barang dagangan tanpa melakukan pengolahan barang terlebih dahulu.
- Kegiatan perusahaan dagang terdiri atas pembelian, pembayaran, penjualan, dan penerimaan uang.
- Syarat penyerahan barang terdiri atas loko gudang, franko gudang, f.o.b, c.i.b, c.e.f, c.i.f.i.c, f.a.q, dan f.a.s.
- Syarat pembayaran secara kredit terdiri atas: n/30; 2/10, n/30; EOM; n/10 EOM.
- Bukti-bukti transaksi pada perusahaan dagang adalah faktur, nota kredit, kuitansi
- Jurnal khusus adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi yang jumlahnya banyak.
- Manfaat jurnal khusus, antara lain: a. memudahkan pemindahbukuan ke buku besar, dan b. memungkinkan pembagian pekerjaan.
- Jurnal khusus terdiri atas: jurnal pembelian, jurnal penjualan, jurnal pengeluaran kas, dan jurnal penerimaan kas.
- Buku pembantu digunakan untuk mencatat data lain di samping data yang terdapat dalam buku besar.
- Buku pembantu yang sering digunakan perusahaan dagang adalah buku pembantu piutang dan buku pembantu utang.
- Langkah-langkah posting dari jurnal khusus ke buku besar. a. Menjumlahkan nilai transaksi pada jurnal khusus. b. menyiapkan akun-akun yang berhubungan dengan jurnal khusus. c. Memindahkan angka-angka pada jurnal khusus ke akun yang bersangkutan. d. Berilah tanda posting dengan memberi nomor akun di bawah jurnal khusus. e. Pada kolom referensi tulis singkatan dari jurnal khusus dengan nomor hal jurnal khusus.
- Jurnal penyesuaian perlu dibuat agar akun-akun yang ada mencerminkan keadaan aktiva, kewajiban, beban, dan pendapatan yang sebenarnya.
- Jurnal penyesuaian yang biasa dilakukan perusahaan dagang antara lain: beban dibayar di muka, penyusutan aktiva tetap, pengakuan beban terutang, dan penyesuaian persediaan.
- Sistem persediaan barang dagang dalam akuntansi dibedakan menjadi sistem persediaan periodik dan sistem perpetual.
- Dalam sistem persediaan periodik terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan ikhtisar laba-rugi dan pendekatan harga pokok penjualan
Uji Kompetensi
A. Pilihan Ganda
1. Salah satu syarat pembayaran 2/10, n/30 yang berarti ….
a. netto faktur yang harus dibayar pembeli dalam 20 har |
b. apabila membayar dalam jangka 30 hari akan diberi potongan |
c. potongan tunai 10% jika pembeli membayar dalam jangka waktu 30 hari |
d. diberikan potongan 2% bila membayar harga faktur dalam jangka waktu 10 hari |
e. pembayaran harus dilakukan paling lambat 10 hari |
2. Penjual menanggung biaya pengiriman sampai ke gudang pembeli, termasuk jenis penyerahan barang ….
a. f.o.b | d. c.i.f |
b. loko gudang | e. c.i.f.i.c |
c. franko gudang |
3. Transaksi-transaksi berikut ini tidak dicatat dalam jurnal pengeluaran kas adalah ….
a. membayar beban gaji |
b. membayar utang dagang |
c. membayar bunga atas pinjaman |
d. pembelian barang dagang secara tunai |
e. pembelian barang dagang secara kredit |
4. Membeli barang dagang dari Fa Karya Mandiri sebesar Rp25.000.000,00 dan PT Kurnia Prima sebesar Rp12.000.000,00 dengan syarat pembayaran 2/10, n/30.
Berdasarkan transaksi tersebut, maka bentuk ayat jurnalnya adalah ….
a. | Pembelian | Rp 37.000.000 |
Kas | Rp 37.000.000 | |
b. | Pembelian | Rp 37.000.000 |
Utang Dagang | Rp 37.000.000 | |
c. | Barang Dagang | Rp 37.000.000 |
Utang | Rp 37.000.000 | |
d. | Utang Dagang | Rp 37.000.000 |
Kas | Rp 37.000.000 | |
e. | Fa Karya Mandiri | Rp 25.000.000 |
PT Kurnia Prima | Rp 12.000.000 | |
Kas | Rp 37.000.000 |
3. Dijual barang dagang dengan tunai kepada Tuan Hidayat Rp5.000.000,00 dengan rabat 10%. Berdasarkan transaksi tersebut, maka pencatatan pada jurnal adalah ….
a. | Barang Dagang | Rp 5.500.000 |
Penjualan | Rp 5.500.000 | |
b. | Kas | Rp 5.500.000 |
Barang Dagang | Rp 5.500.000 | |
c. | Penjualan | Rp 5.000.000 |
Kas | Rp 5.000.000 | |
d. | Piutang | Rp 5.000.000 |
Penjualan | Rp 5.000.000 | |
e. | Kas | Rp 4.500.000 |
Penjualan | Rp 4.500.000 |
6. Pemindahbukuan dari jurnal khusus ke buku besar dilakukan pada ….
a. setiap hari | d. setiap awal tahun |
b. setiap awal bulan | e. setiap akhir tahun |
c. setiap akhir bulan |
7. Akun-akun di bawah ini yang lazim dibuat ayat jurnal penyesuaian pada akhir periode dalam perusahaan dagang, kecuali . . . .
a. utang gaji | d. iklan dibayar di muka |
b. perlengkapan | e. persediaan barang dagang |
c. utang dagang |
8.
PD Abadi | |||
Jurnal Penjualan | |||
Tanggal | Keterangan | Jumlah (Rp) | |
2006 maret | 7 | Toko Sejati | 20.000.000 |
8 | Toko Sejati | 50.000.000 | |
Jumlah | 70.000.000 |
Jurnal penjualan di atas, jika dicatat pada buku pembantu piutang akan berupa ….
a. | Toko Sejati | |
7/3 Rp 20.000.000 | ||
18/3 Rp 50.000.000 | ||
b. | Toko Sejati | |
7/3 Rp 20.000.000 | ||
18/3 Rp 50.000.000 | ||
c. | Toko Sejati | |
7/3 Rp 20.000.000 | 18/3 Rp 50.000.000 | |
d. | Toko Sejati | |
18/3 Rp 50.000.000 | 7/3 Rp 20.000.000 | |
e. | Toko Sejati | |
18/3 Rp 70.000.000 | ||
9. Dalam menyusun jurnal penyesuaian dengan pendekatan harga pokok penjualan, retur pembelian dan pengurangan harga akan menyebabkan ….
a. persediaan barang dagang berkurang |
b. harga pokok penjualan berkurang |
c. harga pokok penjualan bertambah |
d. pembelian bertambah |
e. pembelian berkurang |
10. Selama bulan Januari 2006 dibeli perlengkapan Rp4.000.000,00. Pada tanggal 31 Januari 2006 nilai perlengkapan masih Rp1.200.000,00. Ayat jurnal penyesuaian untuk persediaan barang dagang (awal) adalah ….
a. | Perlengkapan | Rp 1.200.000 |
Beban Perlengkapan | Rp 1.200.000 | |
b. | Beban Perlengkapan | Rp 1.200.000 |
Perlengkapan | Rp 1.200.000 | |
c. | Perlengkapan | Rp 2.800.000 |
Beban Perlengkapan | Rp 2.800.000 | |
d. | Beban Perlengkapan | Rp 2.800.000 |
Perlengkapan | Rp 2.800.000 | |
e. | Beban Perlengkapan | Rp 4.000.000 |
Perlengkapan | Rp 4.000.000 |
11. Pada neraca lajur, kolom yang digunakan untuk mencatat perubahan-perubahan yang terjadi atas akun dalam buku besar adalah ….
a. neraca | d. penyesuaian |
b. rugi laba | e. neraca sisa disesuaikan |
c. neraca sisa |
12. Pada tanggal 1 Maret 2006 membayar premi asuransi Rp2.400.000,00 untuk masa satu tahun, maka ayat jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2006 adalah ….
a. | Beban Asuransi | Rp 2.400.000 |
Asuransi Dibayar di Muka | Rp 2.400.000 | |
b. | Asuransi Dibayar di Muka | Rp 2.000.000 |
Beban Asuransi | Rp 2.000.000 | |
c. | Beban Asuransi | Rp 2.000.000 |
Asuransi Bayar di Muka | Rp 2.000.000 | |
d. | Beban Asuransi | Rp 400.000 |
Asuransi Dibayar di Muka | Rp 400.000 | |
e. | Asuransi Dibayar di Muka | Rp 400.000 |
Beban Asuransi | Rp 400.000 |
13. Selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan adalah ….
a. penjualan bersih | d. laba usaha |
b. persediaan bersih | e. laba kotor |
c. beban usaha |
14. Semua pendapatan dikelompokkan menjadi satu dan semua beban juga dikelompokkan menjadi satu adalah penyusunan Laporan Laba-Rugi dengan bentuk ….
a. stafel | d. multiple step |
b. skontro | e. empat kolom |
c. single step |
15. Perhatikan neraca lajur berikut!
Rekening | Neraca Saldo Disesuaikan | Laba-Rugi | Neraca | ||||
D | K | D | K | D | K | ||
1 | Pembelian | 3000 | – | – | – | 3000 | – |
2 | Iklan Dibayar di Muka | 1200 | – | – | – | 1200 | – |
3 | Penjualan | – | 9500 | – | 9500 | – | – |
4 | Piutang Usaha | 900 | – | – | 500 | – | |
5 | Pot. Pembelian | — | 400 | – | 400 | – | – |
Dari penyelesaian-penyelesaian pada neraca lajur di atas yang benar adalah ….
a. 1, 2, 3 | d. 1, 3, 5 |
b. 1, 2, 4 | e. 2, 3, 4 |
c. 1, 3, 4 |
B. Soal Uraian
1.Jelaskan istilah-istilah di bawah ini!
a. loko gudang | c. c.i.f.i.c |
b. f.o.b | d. n/10 EOM |
2. Di bawah ini beberapa transaksi tertentu pada PD Indah selama bulan Maret 2005. Tanggal:
5 | Menerima setoran modal dari Tn. Abas secara tunai Rp8.000.000,00 (bukti 1). |
6 | Menerima pinjaman dari bank dengan bunga 24% setahun sebesar Rp20.000.000,00 (bukti 2). |
8 | Menjual barang dagang secara tunai kepada PT Yuan Rp15.000.000,00 (bukti 3). |
12 | Menjual barang dagang secara tunai kepada PT Yuan Rp15.000.000,00 (bukti 4). |
16 | Menerima penagihan dari Fa Mitra atas penjualan tanggal 12 Maret (bukti 5). |
17 | Menjual barang dagang secara kredit kepada Tuan Abas Rp6.500.000,00 dengan syarat pembayaran 2/10, n/30 (bukti 6). |
19 | Menjual barang dagang secara tunai kepada Fa Mitra Rp5.000.000,00 (bukti 7). |
20 | Menerima penagihan dari Tuan Abas atas penjualan tanggal 17 Maret (bukti 8). |
26 | Menjual barang dagang secara kredit kepada PT Yuan dengan syarat pembayaran 2/10, n/30 Rp7.500.000,00 (bukti 9). |
Catatlah transaksi-transaksi tersebut dalam jurnal penerimaan kas dan jurnal penjualan! Kemudian postinglah ke dalam buku besar!
3. Buatlah jurnal umum dari transaksi-transaksi di bawah ini!
a. Dibayar per kas angkut barang yang dibeli sebesar Rp200.000,00 kepada PT Lintas Samudra. |
b. Dibayar utang yang mempunyai syarat pembayaran 2/10, n/30 untuk pembelian 6 hari yang lalu kepada UD Makmur Terus. |
c. Dibeli secara tunai barang dagangan dari PT Sangkuntala Rp400.000,00. |
d. Dijual secara tunai barang dagang Rp600.000,00. |
e. Dikirim nota kredit kepada Toko Bumi Amarta atas penerimaan kembali barang dagang sebesar Rp350.000,00. |
4. Pada neraca saldo per 31 Oktober 2005 diketahui bahwa peralatan toko sebesar Rp12.000.000,00. Ditetapkan besarnya beban penyusutan peralatan toko sebesar 10% dari harga perolehan. Bagaimana jurnal penyesuaian untuk beban tersebut?
5. PD Sinar Sakti menetapkan bahwa periode akuntansi yang digunakan adalah satu bulan. Berikut ini neraca saldo pada tanggal 31 Januari 2006.
PD Sinar Sakti
Neraca Saldo
Per 31 Januari 2005
No Akun | nama Perkiraan | Debit (Rp) | Kredit (Rp) |
101 | Kas | 5.000.000 | – |
102 | Pinang Dagang | 15.000.000 | – |
103 | Perlengkapan Toko | 2.400.000 | – |
104 | Perlengkapan Kantor | 1.600.000 | – |
105 | Persediaan Barang Dagang | 7.000.000 | – |
106 | Sewa Dibayar di Muka | 2.400.000 | – |
110 | Peralatan Toko | 4.000.000 | – |
111 | Akun. Pen. Peralatan Toko | – | 2.000.000 |
112 | Peralatan Kantor | 6.000.000 | – |
113 | Akun. Pen. Peralatan Kantor | – | 1.200.000 |
114 | Gedung | 20.000.000 | – |
115 | Akun. Pen. Gedung | – | 4.000.000 |
201 | Uang Dagang | – | 12.000.000 |
202 | Uang Bank | – | 10.000.000 |
301 | Modal Santoso | – | 18.200.000 |
302 | Penjualan | 2.000.000 | – |
400 | Return Penjualan dan Pengurangan Harga | – | 50.000.000 |
401 | Potongan Penjualan | 3.000.000 | – |
402 | Pembelian | 1.000.000 | – |
500 | Return Pembelian dan Pengurangan Harga | 20.000.000 | – |
501 | Potongan Penjualan | – | 1.000.000 |
502 | Pembelian | – | 3.000.000 |
503 | Beban Gaji Bagian Penjualan | 5.000.000 | – |
504 | Beban Gaji Bagian Kantor | 6.000.000 | – |
505 | Beban Serba-Serbi | 1.000.000 | – |
101.400.000 | 101.400.000 |
Data-data untuk penyesuaian per 31 Januari sebagai berikut:
a. Perlengkapan toko yang terpakai sebesar Rp1.800.000,00. |
b. Perlengkapan kantor yang tersisa Rp600.000,00. |
c. Persediaan barang dagang Rp8.000.000,00. |
d. Sewa dibayar tanggal 1 Januari 2006 Rp2.400.000,00 untuk masa 4 bula |
e. Peralatan toko disusutkan 10% dari harga perolehan. |
f. Penyusutan peralatan kantor Rp600.000,00. |
g. Gedung disusutkan 2% dari harga perolehan. |
h. Gaji bagian penjualan yang belum dibayar Rp800.000,00. |
Dari data tersebut buatlah jurnal penyesuaian dan neraca lajur dengan menggunakan pendekatan Ikhtisar Laba-Rugi!